Sejarah Museum Trowulan berkaitan erat dengan sejarah situs arkeologi Trowulan. Reruntuhan kota kuna di Trowulan ditemukan pada abad ke-19. Sir Thomas Stamford Raffles, gubernur jenderal Jawa
antara tahun 1811 sampai tahun 1816 melaporkan keberadaan reruntuhan
candi yang tersebar pada kawasan seluas beberapa mil. Saat itu kawasan
ini ditumbuhi hutan jati yang lebat sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan survei yang lebih terperinci.
Keperluan mendesak untuk mencegah penjarahan dan pencurian artefak
dari situs Trowulan adalah alasan utama dibangunnya semacam gudang
penyimpanan sederhana yang akhirnya berkembang menjadi Museum Trowulan.[2]
Museum ini didirikan oleh Henri Maclaine Pont, seorang arsitek Belanda
sekaligus seorang arkeolog, serta berkat peran Bupati Mojokerto, Kanjeng
Adipati Ario Kromodjojo Adinegoro.[3]
Museum baru secara resmi dibuka pada tahun 1987.[4]
Bangunan museum ini mencakup lahan seluas 57.625 meter persegi,
bangunan ini menampung koleksi Museum Trowulan lama serta berbagai arca
batu yang sebelumnya disimpan di Museum Mojokerto.
Pembangunan museum baru telah diajukan di kawasan ini [5] dan lokasi ini telah diusulkan untuk menjadi kawasan Warisan Dunia UNESCO [6] [7]

No comments:
Post a Comment